Kamis, 27 September 2018

Suroboyo Bus, Transportasi Masa Kini


Sebagai kota besar yang selalu identik dengan kemacetan, Surabaya terus mengalami pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi pada tiap tahunnya. Hal itu membuat pemerintah kota membuat berbagai macam terobosan untuk mengurangi jumlah pengendara di jalan raya, mulai dari penambahan dan pelebaran jalan, membangun fly over dan underpass, hingga pengadaan angkutan massal seperti bus.

Desember tahun lalu, untuk membuktikan keseriusannya, pemkot Surabaya membeli delapan unit bus low-deck keluaran Mercedez Benz dengan nama Suroboyo Bus. Dengan menggandeng Dinas Perhubungan Kota Surabaya, pemkot akhirnya resmi mengoperasikan bus dengan warna merah dan berkapasitas 67 orang itu akhir April setelah melalui beberapa tahap uji coba.

Sontak saja Suroboyo Bus menjadi primadona baru angkutan umum di kota pahlawan. Bahkan animo masyarakat bisa dibilang cukup baik terhadap bus ini. Antusiasme warga menjadi bukti bahwa mereka sudah lama mendambakan angkutan umum yang murah, cepat, aman, dan nyaman. Hal ini pun direspons baik oleh pemerintah kota dengan menggratiskan Suroboyo Bus selama satu bulan sebagai tahap sosialisasi. Selanjutnya pembayaran akan diberlakukan menggunakan sampah botol plastik, bukan uang seperti pada umumnya.


Suroboyo Bus berhenti di Halte Siola, Surabaya. (Source: Koleksi pribadi)

Inilah yang menarik. Jika angkutan umum lainnya menggunakan uang sebagai alat pembayaran, di Suroboyo Bus cukup menggunakan sampah botol plastik. Pemerintah kota mencetuskan ide ini bukan tanpa alasan. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat kedua teratas sebagai negara dengan penggunaan plastik terbanyak di dunia. Hal itu membuat pemkot dan instansi terkait putar otak bagaimana cara menekan sampah plastik yang jumlahnya kian membludak khususnya di Surabaya.

Nah, salah satunya ini. Sampah botol plastik yang digunakan untuk membayar akan ditampung di bank sampah dan disebar ke kampung-kampung untuk bahan kerajinan yang memiliki nilai jual nantinya. Untuk mendapatkan kartu Suroboyo Bus, bisa dengan cara menukarkan sampah botol plastik ke bank sampah yang ada di Terminal Purabaya dan halte Rajawali. Ketentuannya 3 botol untuk ukuran besar, 5 botol ukuran sedang, dan 10 sampah plastik ukuran gelas. Sebelum ditukarkan pastikan sampah dalam keadaan bersih.  

Contoh sampah plastik yang bisa ditukarkan dengan stiker Suroboyo Bus. (Source: Dishub Surabaya)

Tiket dan stiker Suroboyo Bus. (Source: Koleksi pribadi)

Pagi itu kebetulan saya ada keperluan di Siola dan saya memutuskan untuk naik Suroboyo Bus yang merupakan kali kedua bagi saya setelah mencobanya saat masih gratis dulu. Saya sengaja naik dari Terminal Purabaya lantaran ingin menikmati Suroboyo Bus lebih lama.

Begitu masuk ke dalam, saya langsung disambut udara dingin yang berasal dari AC bus. Seorang petugas memberi saya satu tiket dan melubangi satu stiker di kartu Suroboyo Bus sebagai tanda telah digunakan. Setelah itu saya pun duduk di kursi berwarna oranye di deretan belakang sebagaimana peraturan yang diterapkan oleh Suroboyo Bus.

Ya, tempat duduk di dalam Suroboyo Bus sengaja dibedakan dengan tujuan untuk meminimalisir tindak kejahatan seksual. Kursi berwarna pink diperuntukkan bagi perempuan, kursi oranye untuk umum, dan kursi merah untuk para lansia, ibu hamil, dan kaum difabel. Jika dalam kondisi ramai dan kursi sudah terisi penuh, tersedia juga pegangan tangan bagi penumpang yang berdiri supaya tetap aman sepanjang perjalanan.

Aspek keamanan lainnya yang dimiliki Suroboyo Bus yaitu dengan dilengkapinya 12 kamera CCTV yang terpasang di setiap sudut bus. Ini sebagai bentuk antisipasi dari aksi kriminalitas yang kerap terjadi di angkutan umum. Keunggulan lainnya terletak pada pintu bus yang dipasang sensor otomatis, sehingga bila ada penumpang yang bediri di dekat pintu, pintu tidak akan tertutup. Bus akan berjalan jika pintu benar-benar tertutup. Suroboyo Bus juga dilengkapi dengan tombol darurat di dekat pengemudi yang bila ditekan alarm akan berbunyi dan pintu bus otomatis akan terbuka.

Interior Suroboyo Bus yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan penumpang. (Source: flickr.com @dettapriyandika)

Rute bus yang saya naiki adalah rute selatan-utara pulang pergi, di mana keberangkatan awal dari Terminal Purabaya dengan jam operasional pukul 06.00-22.00 setiap harinya. Sepanjang perjalanan saya sama sekali tidak merasa bosan meskipun laju bus sering terhambat oleh kepadatan jalan raya dan traffic light di persimpangan. Maklum, Suroboyo Bus masih “mengaspal” dan berebut jalan dengan kendaraan lain, bukan melewati jalur khusus seperti Busway di ibukota. Namun ke depannya untuk memperlancar operasional bus ini, di setiap traffic light yang dilewati Suroboyo Bus akan terintegerasi dengan Surabaya Intelligent Transportation System (SITS), yang artinya dari jarak beberapa meter sebelum persimpangan, traffic light otomatis akan menyala hijau dan bus bisa melaju tanpa berhenti terlebih dahulu.

Bagi yang pertama kali naik Suroboyo Bus, tidak perlu khawatir tersesat karena di dalam bus ada pemberitahuan halte mana saja yang akan menjadi tempat pemberhentian bus sesuai rute yang ditampilkan lewat layar LED. Uniknya, pemberitahuan ini juga diumumkan dengan tiga bahasa secara bergantian yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Penumpang juga bisa memanfaatkan aplikasi GoBis lewat smartphone untuk mengetahui posisi bus saat itu.

Rute Suroboyo Bus dari selatan-utara pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)


Rute Suroboyo Bus dari timur-barat pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)

Dengan menempuh perjalanan yang relatif singkat, saya turun di halte Siola. Karena Suroboyo Bus memberlakukan tiket bisa digunakan tidak lebih dari dua jam dari waktu keberangkatan, saya pun ikut memutar rute tanpa harus membayar lagi. Tapi tidak semua penumpang bisa mendapatkan kesempatan ini, melainkan tergantung kondisi jalan raya saat itu sedang padat atau lancar untuk jarak tempuh bus.

Saat pulang, saya memutuskan untuk naik bus double deck secara cuma-cuma alias gratis. Bus tiba setengah jam kemudian. Memang kedatangan bus satu dengan bus lainnya bisa dibilang cukup lama, mengingat jumlah armada yang masih sedikit. Tapi ke depannya pemkot berencana menambah 10 unit bus supaya tidak terjadi penumpukan penumpang dan bisa tepat waktu tiba di tempat tujuan. Tujuan lainnya tentu saja untuk mengurangi mobilitas warga Surabaya agar beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Suasana deck atas bus double deck Mayapada. (Source: Koleksi pribadi)


Rute bus double deck dari Terminal Purabaya-Pirngadi pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)

Kesan saya terhadap Suroboyo Bus masih sama. Saya tetap puas dengan pelayanan dan fasilitasnya. Para crew-nya pun ramah dan informatif. Harapan saya semoga Suroboyo Bus semakin diminati dan banyak orang yang mengubah mindset-nya kalau angkutan umum itu tidak selalu identik dengan panas, rawan kejahatan, tidak aman, dan suka ngetem lama. Suroboyo Bus ini buktinya.

Dadi, ayo numpak Suroboyo Bus, rek!