Selasa, 02 Juli 2019

BERKUNJUNG KE SURABAYA? INI KUE-KUE TRADISIONAL YANG WAJIB KAMU COBA!


Berbicara tentang makanan Indonesia memang tidak akan ada habisnya untuk dibahas, bahkan di setiap kota mempunyai makanan khas yang dijadikan identitas dari daerah tersebut, tak terkecuali Surabaya. Selain terkenal dengan puluhan taman cantiknya yang tersebar di seluruh penjuru kota, Surabaya juga terkenal akan kulinernya yang membuat orang jatuh cinta dengan cita rasa masakannya. Tidak hanya makanan khas, Surabaya juga punya jajanan tradisional yang masih eksis hingga sekarang. Yuk, simak kue-kue tradisional berikut ini yang bisa kamu coba jika sedang berada di kota pahlawan.



1    1.      Kue Tok

            
          Source: sajiansedap.grid.id

Kue basah yang satu ini mempunyai tekstur yang kenyal karena terbuat dari tepung ketan. Rasanya manis dengan kacang hijau sebagai isiannya. Meskipun di kota lain ada kue semacam ini, tapi di Surabaya lebih mudah untuk dijumpai terutama di pasar-pasar tradisional. Supaya tampilannya lebih menarik, biasanya kue tok diberi pewarna makanan hijau, kuning, atau merah, dan bentuk kue tok saat ini sudah beraneka macam, mulai dari bentuk buah atau sayur, semuanya enak.


1    
      2.      Apem Selong

Source: seleras.com


Sekilas kue ini memang mirip serabi Solo, tapi ada sedikit perbedaan dari segi rasa. Apem selong memiliki rasa yang dominan manis, sedangkan serabi Solo memiliki rasa manis-gurih dan biasanya dinikmati dengan kuah santan. Ketika matang, apem selong mempunyai ciri khas yang unik yaitu pinggirannya selalu kering berwarna kecokelatan. Untuk membuatnya pun sangat mudah, bahan-bahan seperti tepung beras, air kelapa, santan, gula, telur, ragi dicampur jadi satu lalu didiamkan beberapa menit, setelah itu dicetak tanpa perlu dibalik. Kue ini akan lebih sering ditemui saat menyambut acara-acara khusus seperti menyambut bulan suci Ramadan.



Sabtu, 04 Mei 2019

Crazy Poor Surabaya Yang Nekad ke Singapore-Malaysia


Halo, ketemu lagi di blog pribadiku. Bosen nggak sih buat bacanya? Mudah-mudahan nggak ya hehe. Kali ini aku mau berbagi sedikit pengalaman dan tips tentang liburan supersingkatku yang nekad buat “mencicipi” dua negara tetangga Indonesia dua tahun yang lalu, tepatnya pada bulan April 2017. Berbekal informasi yang minim dan uang saku yang minim pula, aku dan satu temanku nekad pergi ke luar negeri setelah melewati proses yang cukup rumit (terutama saat pembuatan paspor).

Dengan berbekal modal 1,5 juta termasuk tiket pesawat AirAsia PP Surabaya-Johor Bahru, sudah cukup buat mengunjungi dua negera itu. Nggak percaya kan? Baca dulu deh kalo gitu.

Kami berangkat Selasa pagi melalui Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, tapi untuk antisipasi supaya tidak ketinggalan pesawat (karena takut bangun kesiangan, sementara boarding jam setengah enam pagi), kami berangkat Senin malam dan memilih bermalam di bandara. Kami jadi gembel di sana :D


On board before take off.

Terminal 2 Bandara Internasional Surabaya yang ada di Kabupaten Sidoarjo.

Tujuan setelah landing di Johor Bahru adalah langsung mengunjungi Singapura. Kami sampai di Johor Bahru jam 10.00 waktu setempat. Sesudah cek imigrasi bandara, langsung membeli tiket bus CausewayLink seharga RM 8.00 tujuan JB Sentral Checkpoint. Dan nggak disangka, di bandara Senai kami mendapat teman baru, dua backpacker dari Malang dengan tujuan sama. Ya udah kami pun pergi bareng-bareng berempat.


Antre cek paspor di pintu kedatangan Bandara Internasional Senai, Johor Bahru.

Sesampainya di JB Sentral Checkpoint, kami antre untuk stempel paspor keluar dari Malaysia. Waktu itu hujan deras, waswas rencana untuk berlama-lama di Singapura bakalan batal. Setelah memperoleh stempel, kami pun naik bus CausewayLink CW2 dengan harga RM 2.30 yang nantinya akan berhenti di terminal Queen Street. Buat kalian yang mau ke Singapura, naik bus CW berapa saja bisa, karena nanti semua akan berhenti Woodlands Checkpoint, tempat pengecekan imigrasi Singapura. Tapi pastikan dulu kalian nanti akan berhenti dimana waktu di negeri singa. Info aja: CW1 untuk Kranji, CW2 untuk Queen Street, dan CW5 untuk Newton Circus.

Papan shuttle bus di Bandara Internasional Senai, Johor Bahru, untuk menuju Singapura.

Ini bus CausewayLink yang akan mengantar ke JB Sentral Checkpoint.

Jadwal shuttle bus.

Nah, waktu di Woodlands Checkpoint aku juga ingat ada salah satu blogger yang bilang lewat sana itu “angker” karena sangat ketat dan nggak jarang dimasukkan ruang interogasi. Aku sih bodo amat dan pasrah mau ditahan atau nggak. Gimana lagi, aku kan nggak ada voucher hotel yang artinya aku nggak bakal nginep di sana. Cuma hari itu aja dan balik malam harinya ke Malaysia. Di formulir kedatangan aku tulis transit dan berharap lolos waktu antre.

Form kedatangan yang membuatku tertahan dan diinterogasi di imigrasi Woodlands, Singapura :D

Tapi sayangnya nggak sesuai harapan. Aku malah ditahan imigrasi sana dan dimasukkan ruangan khusus. Bukan aku aja, satu temenku yang cowok juga ditahan. Sisanya yang dua cewek lolos. Gila, deg-degan banget waktu digiring masuk ke satu ruangan ke ruangan lain yang dilengkapi nomor password. Di ruangan ternyata banyak orang yang nasibnya sama denganku: disangka kriminal.

Aku cemas banget bakal ditahan dengan waktu lama dan akhirnya dideportasi. Duh, jangan sampe. Niatku ke sini kan buat senang-senang. Sekitar setengah jam menunggu, ada seorang petugas memanggil namaku dan disuruh ikut dia ke ruangan. Aku disuruh duduk dan ditanya macem-macem dengan bahasa Melayu yang cukup aku pahami meskipun kadang nggak paham soalnya cepet banget ngomongnya.

Petugas mengajukan beberapa pertanyaan mulai dari alasan kenapa aku datang ke sini, sama siapa saja, nginep di mana, ada keluarga atau saudara, bawa uang berapa, bawa kartu identitas atau nggak, ada tiket pulang atau nggak, mengecek isi tas, dan mengecek isi HP. Untung saja nggak ada isi macem-macem. Cuma aku memang sempat mengambil foto saat antre paspor, dan itu ternyata sangat dilarang.

Sesudah puas menginterogasi, si bapak keluar ruangan sementara aku masih waswas bakal panjang nih urusannya. Nggak lama petugas tadi kembali dengan satu temannya seorang wanita keturunan India yang langsung menginterogasi juga dengan bahasa Inggris. Lalu si bapak petugas menyuruhku untuk mengemasi barang-barang dan memandu aku keluar ruangan untuk nunggu lagi.

Sekitar sepuluh menit, ada seorang bapak memanggilku dan menyuruh untuk mengikutinya. Pakaiannya bukan pakaian imigrasi, tapi formal. Aku ditanya-tanyai lagi dalam bahasa Inggris tapi kali ini nggak setegang tadi. Bahkan biasa-biasa aja cenderung santai. Aku pikir udah selesai ternyata nggak. Dia nyuruh aku duduk lagi. Nggak lama kemudian bapak yang beda dari sebelum-sebelumnya yang duduk di depan komputer manggil namaku. Aku pun maju dan ditanya-tanya lagi. Aku pikir pasporku bakal dikembalikan nih, ternyata lagi-lagi nggak. Sempat mikir ini aku dikerjai atau gimana sih kok muter-muter gini. Tapi kemudian ada seorang petugas yang beda lagi mengajakku keluar. Yes, kali ini nggak bohong. Aku bener-bener dilolosin setelah pasporku di stempel boleh masuk Singapura. Rasanya lega banget. Selanjutnya kami berempat pun lanjut naik bus CW2 tanpa bayar lagi, cukup nunjukin tiket yang dibeli di Johor Bahru tadi menuju Queen Street.

Sepanjang perjalanan menuju Queen Street aku melihat pinggiran Singapura banyak lahan-lahan yang ditumbuhi pohon dan tamanam liar. Ya mirip sama jalur tol di Indonesia lah. Gedung-gedung bertingkat mulai keliatan lima belas menit sebelum sampai di Queen Street. Tiba di terminal masih hujan, jadi kami berempat menuju hostel Hawaii bookingan teman yang dari Malang yang jaraknya nggak jauh dari terminal. Aku dan temenku cuma numpang mandi saja dan setelah itu rame-rame menuju Bugis Street untuk membeli oleh-oleh. Total aku mengeluarkan SGD 20.0 untuk kaos saja. Kemudian kami lanjut ke Merlion Park menggunakan bus nomor 131 dengan harga SGD 1.70 per orang.

Terminal Queen Street. Suasana masih gerimis.

Kalo nyebrang jangan sembarangan. Harus mematuhi traffic light. Kayak aku ini hehe.

Foto-foto dulu lah mumpung gedungnya warna-warni.

Dari halte tempat kami turun, cukup jalan kaki saja sekitar 500 meter menuju ikon Singapura yang tersohor itu. Di sana tampak jelas gimana kemegahan Singapura. Gedung-gedung pencakar langit berjejer apik, lalu lintas yang teratur, moda transportasi yang memadai, dan lingkungan yang bersih. Karena di Merlion Park sudah malam hari, jadi foto-fotonya kurang jelas hehe. Dari sana keliatan Marin Bay Sands dan Esplanade. Perpaduan yang keren banget.

Skyscrapercity Singapore. Adem, habis hujan.

Burek :(

Bukan kamera mahal. Di belakang nampak Marina Bay Sands berdiri gagah.

Apa adanya. Esplanade dan deretan gedung tinggi lainnya.

Merlion dan gedung pencakar langit Singapura.

Kami berempat berpisah sekitar jam sembilan malam karena aku dan satu temenku memutuskan untuk balik ke Malaysia dan mengunjungi Kuala Lumpur esok harinya. Setelah jalan kurang lebih sepuluh menit, terjadilah tragedi Lost in Singapore. Kami nggak tau harus balik ke Queen Street naik bus apa, jadi kami jalan terus meskipun nggak tau arahnya. Kebanyakan orang yang kami tanyai nggak bisa berbahasa Inggris atau justru malah nggak ngerti. Peta yang kami bawa juga nggak guna pada saat-saat genting begini. Handphone juga nggak bisa akses google map, lantaran sengaja nggak diganti kartu. Soalnya mahal cuy. Mending nyasar biar ada gregetnya haha. Tersesat kan terkadang menjadi pengalaman paling berharga ketika mengunjungi suatu tempat dan kalo nggak berani tersesat kita nggak bakal menemukan jalan baru >.<

Heran, perasaan dari tadi kami kok jalannya disitu-situ aja dan nggak nemu ujungnya. Kesel, tapi ya ketawa karena sok-sokan ngerti. Akhirnya saking lemesnya, kami mampir ke salah satu minimarket buat beli minum daripada pingsan di jalan. Beli dua botol air mineral ukuran kecil seharga SGD 4.00. Kita berhenti sebentar sambil makan roti yang dijadikan bekal andalan haha. Setelah itu, petualangan dimulai lagi. Sumpah pegel banget cuy. Nggak ngerti arah pula. Kami juga nggak tau udah jalan berapa kilometer. Belum lagi kalo ketinggalan bus menuju Johor (waktu itu sudah hampir jam 10 malam). Terus mau tidur di mana kami. Jangan sampai kami jadi gelandangan di Singapura :’( 

Nggak ngerti karena feeling atau apa, aku malah milih lewat jalan yang sepi. Temenku ragu tapi aku ngerasa kayaknya bener ini jalannya. Dan ternyata..... EMANG BENER! Kami sampai di Bugis Street tempat belanja tadi sore. Untungnya lagi kami nggak ketinggalan bus. Bus yang kami tumpangi adalah bus terakhir menuju Johor Bahru seharga SGD 3.00. Tuh, bener-bener beruntung banget. Nggak tau gimana jadinya kalo kami sampai ketinggalan bus.

Nemu jalan pulang hehe...

Bus yang kami tumpangi berhenti di JB Sentral Checkpoint. Kami harus stempel kedatangan lagi di Malaysia. Karena tiba di sana dini hari, otomatis kami bingung mau istirahat di mana. Kami sama sekali tidak memesan penginapan, jadi mau tidak mau kami harus cari tempat yang cocok untuk istirahat.

Kami pun mancari tempat yang pas untuk istirahat meski tidak lama. Karena JB Sentral itu luas banget, akhirnya kami naik ke lantai dua dan masuk ke gerai KFC. Pesan dua porsi paket hemat, kami makan di sana. Rasa nasinya aneh, kayak nasi basi haha. Meskipun begitu kami tetap melahapnya sampai habis. Usai makan dan kekenyangan, kami pun tidur di sana. Kami sampai nggak sadar tiba-tiba meja sudah bersih dari bekas makanan saat terbangun. Terutama aku yang merasa tidurku nyenyak banget.


KFC Malaysia. Bosen sebenernya, tapi mau gimana lagi.

Sekitar pukul lima pagi, kami bergegas menuju terminal JB Larkin. Terminalnya lebih bagus terminal Purabaya sih menurutku hehe. Setibanya di terminal, kami membeli tiket tujuan Kuala Lumpur. Di sana banyak loket yang menjual tiket dengan tujuan yang sama tapi harganya berbeda sesuai dengan fasilitas yang didapat. Kami dapat tiket bus seharga RM 28.0. Harap berhati-hati selama menunggu bus di sana, apalagi dengan orang yang baru dikenal. Kami pun hampir ditipu oleh seorang bapak yang mengaku dari Kediri. Awalnya dia menanyai kami dari mana, lalu mengobrol biasa. Tapi kemudian bapak itu meminta sejumlah uang dengan ditukar dengan nota pembelian emas. Aku langsung mikir nih orang pasti nggak beres, pasti mau gendam. Akhirnya kami pindah ke tempat lain sebelum uang kami pindah tangan ke orang lain.

Perjalanan ke Kuala Lumpur memakan waktu kurang lebih 4 jam. Bus yang kami tumpangi hanya berisi 8 orang. Tidak banyak yang kami lakukan karena kami melanjutkan jatah tidur yang kurang. Setibanya di Terminal Bersapadu Selatan (TBS), kami menuju loket KTM dan membeli tiket seharga RM 2.60 tujuan Batu Caves. Untuk masuk ke wisata Batu Caves tidak dipungut biaya alias gratis. Kami berfoto-foto di sana tapi tidak menaiki tangga karena saat itu sedang renovasi.

Ini sebelum tangga Batu Caves dicat warna-warni, jadi kurang menarik. Maaf kalo penampilan nggembel banget.

Maaf penampilan nggak jelas. Btw, di sana banyak burung dara dan monyet.

Sore hari kami menuju ke Petronas Twin Tower menggunakan KTM seharga RM 2.70. Kurang beruntung karena waktu itu turun hujan dan sudah mulai gelap. Jadi foto seadanya saja yang penting sudah berkunjung ke ikon Malaysia ini. Kami kembali ke KL Sentral menggunakan LRT dari stasiun KLCC-KL Sentral. Di sini sistemnya pakai vending machine, jadi tidak dilayani diloket melainkan membeli sendiri lewat mesin. Perhatikan tujuan dan total tiket yang harus dibayar, lalu masukkan nominal yang diminta. Setelah itu otomatis tiket akan keluar dan ada kembalian jika uangnya lebih. Dibandingkan KTM, LRT ini lebih murah. Hanya butuh RM 1.15 kami bisa naik transportasi keren itu.


Petronas Twin Tower, ikon Malaysia yang terkenal.

Serasa salah tempat :(

Selanjutnya dari KL Sentral kami lanjut ke TBS menggunakan KTM. Setibanya di TBS kami langsung mencari tiket menuju Terminal JB Larkin. Untungnya kami mendapat tiket meskipun itu tiket yang terakhir sisa dua orang saja. Fuuhh...

Tiket bus menuju Johor Bahru.

Kami tiba di Terminal JB Larkin pukul empat subuh. Kami membeli makan di pujasera terminal dengan harga yang cukup murah. Setelah bersih-bersih badan, kami kembali ke JB Sentral untuk menuju bandara Senai menggunakan bus. Setibanya di bandara, lagi-lagi kami hampir telat dan ketinggalan pesawat karena penumpang sudah antre masuk ke boarding room. Liburan supersingkat kami benar-benar usai setelah kami naik pesawat dengan selamat rute Johor Bahru-Surabaya dan tiba di rumah masing-masing dengan pengalaman yang berkesan.


36.000 ft above sea level.


RINCIAN BIAYA
-          Pesawat AirAsia PP ( IDR 500.000)
-          Tiket bus CausewayLink Senai Airport - JB Sentral Checkpoint (IDR 26.400)
-          Tiket CW2 (IDR 7.600)
-          Bus 131 tujuan Merlion Park (IDR 16.600)
-          Tiket bus Queen Street – Woodlands - JB Sentral (IDR 29.400)
-          Tiket bus JB Sentral - JB Larkin (IDR 6.900)
-          Tiket bus JB Larkin – Terminal Bersepadu Selatan (IDR 92.400)
-          Tiket KTM  TBS – Batu Caves (IDR 8.600)
-          Tiket KTM Batu Caves – KLCC (IDR 9.000)
-          Tiket LRT KLCC – KL Sentral (IDR 3.800)
-          Tiket KTM KL Sentral - TBS (IDR 7.900)
-          Tiket bus TBS - JB Larkin (IDR 113.200)
-          Tiket bus JB Larkin - JB Sentral (IDR 6.900)
-          Tiket bus CausewayLink JB Sentral - Senai Airport (IDR 29.700)
-          Makan dan minum (120.000)

-          Oleh-oleh (IDR 300.000)

TOTAL: 1.278.400

Ø  Kurs Dollar Singapore 9.800/SGD
Ø  Kurs Ringgit Malaysia 3.300/MYR


TIPS:
  -     Berburulah tiket murah jauh-jauh hari sebelum bepergian. AirAsia sering ngasih promo untuk keberangkatan beberapa bulan ke depan bahkan untuk tahun berikutnya.


-          Persiapkan dokumen penting supaya bisa tenang, aman, dan nyaman selama berlibur.

-          Sering-sering cari informasi yang akurat dan update tentang negara yang akan kalian kunjungi. Misal soal transportasi, penginapan, lokasi wisata, atau tempat oleh-oleh.

-          Buat itinerary sebaik mungkin dan buat rencana cadangan juga jika kondisi di sana tidak  mendukung apa yang sudah kalian rencanakan.


-          Bawa bekal berupa uang, makanan, peralatan mandi dll, supaya bisa lebih berhemat.

-          Jangan malu untuk bertanya. Kalo bisa gunakan HP juga selama kalian mampu untuk membeli paket kuota.


-          Jangan melakukan hal-hal yang memalukan. Patuhi peraturan yang ada di negara tersebut.


-          Hindari mengobrol terlalu akrab dengan orang yang baru dikenal. FYI, orang Indonesia di sana menurutku lebih menakutkan ketimbang orang asli sana. Selain hampir ketipu, makan di warung orang Indonesia harganya juga mahal haha.


-          Cari wisata yang gratis tapi spot fotonya kece buat feed Instagram.


-          Biaya di atas adalah biaya backpacker ngenes yang butuh perjuangan banget. Kurang lebihnya bisa kalian perkirakan sendiri ya.


-          Hargailah waktu dan pulanglah dengan hati riang meski liburannya singkat tanpa membawa buah tangan, karena pengalaman itu lebih dari segalanya.




Kamis, 27 September 2018

Suroboyo Bus, Transportasi Masa Kini


Sebagai kota besar yang selalu identik dengan kemacetan, Surabaya terus mengalami pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi pada tiap tahunnya. Hal itu membuat pemerintah kota membuat berbagai macam terobosan untuk mengurangi jumlah pengendara di jalan raya, mulai dari penambahan dan pelebaran jalan, membangun fly over dan underpass, hingga pengadaan angkutan massal seperti bus.

Desember tahun lalu, untuk membuktikan keseriusannya, pemkot Surabaya membeli delapan unit bus low-deck keluaran Mercedez Benz dengan nama Suroboyo Bus. Dengan menggandeng Dinas Perhubungan Kota Surabaya, pemkot akhirnya resmi mengoperasikan bus dengan warna merah dan berkapasitas 67 orang itu akhir April setelah melalui beberapa tahap uji coba.

Sontak saja Suroboyo Bus menjadi primadona baru angkutan umum di kota pahlawan. Bahkan animo masyarakat bisa dibilang cukup baik terhadap bus ini. Antusiasme warga menjadi bukti bahwa mereka sudah lama mendambakan angkutan umum yang murah, cepat, aman, dan nyaman. Hal ini pun direspons baik oleh pemerintah kota dengan menggratiskan Suroboyo Bus selama satu bulan sebagai tahap sosialisasi. Selanjutnya pembayaran akan diberlakukan menggunakan sampah botol plastik, bukan uang seperti pada umumnya.


Suroboyo Bus berhenti di Halte Siola, Surabaya. (Source: Koleksi pribadi)

Inilah yang menarik. Jika angkutan umum lainnya menggunakan uang sebagai alat pembayaran, di Suroboyo Bus cukup menggunakan sampah botol plastik. Pemerintah kota mencetuskan ide ini bukan tanpa alasan. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini Indonesia menempati peringkat kedua teratas sebagai negara dengan penggunaan plastik terbanyak di dunia. Hal itu membuat pemkot dan instansi terkait putar otak bagaimana cara menekan sampah plastik yang jumlahnya kian membludak khususnya di Surabaya.

Nah, salah satunya ini. Sampah botol plastik yang digunakan untuk membayar akan ditampung di bank sampah dan disebar ke kampung-kampung untuk bahan kerajinan yang memiliki nilai jual nantinya. Untuk mendapatkan kartu Suroboyo Bus, bisa dengan cara menukarkan sampah botol plastik ke bank sampah yang ada di Terminal Purabaya dan halte Rajawali. Ketentuannya 3 botol untuk ukuran besar, 5 botol ukuran sedang, dan 10 sampah plastik ukuran gelas. Sebelum ditukarkan pastikan sampah dalam keadaan bersih.  

Contoh sampah plastik yang bisa ditukarkan dengan stiker Suroboyo Bus. (Source: Dishub Surabaya)

Tiket dan stiker Suroboyo Bus. (Source: Koleksi pribadi)

Pagi itu kebetulan saya ada keperluan di Siola dan saya memutuskan untuk naik Suroboyo Bus yang merupakan kali kedua bagi saya setelah mencobanya saat masih gratis dulu. Saya sengaja naik dari Terminal Purabaya lantaran ingin menikmati Suroboyo Bus lebih lama.

Begitu masuk ke dalam, saya langsung disambut udara dingin yang berasal dari AC bus. Seorang petugas memberi saya satu tiket dan melubangi satu stiker di kartu Suroboyo Bus sebagai tanda telah digunakan. Setelah itu saya pun duduk di kursi berwarna oranye di deretan belakang sebagaimana peraturan yang diterapkan oleh Suroboyo Bus.

Ya, tempat duduk di dalam Suroboyo Bus sengaja dibedakan dengan tujuan untuk meminimalisir tindak kejahatan seksual. Kursi berwarna pink diperuntukkan bagi perempuan, kursi oranye untuk umum, dan kursi merah untuk para lansia, ibu hamil, dan kaum difabel. Jika dalam kondisi ramai dan kursi sudah terisi penuh, tersedia juga pegangan tangan bagi penumpang yang berdiri supaya tetap aman sepanjang perjalanan.

Aspek keamanan lainnya yang dimiliki Suroboyo Bus yaitu dengan dilengkapinya 12 kamera CCTV yang terpasang di setiap sudut bus. Ini sebagai bentuk antisipasi dari aksi kriminalitas yang kerap terjadi di angkutan umum. Keunggulan lainnya terletak pada pintu bus yang dipasang sensor otomatis, sehingga bila ada penumpang yang bediri di dekat pintu, pintu tidak akan tertutup. Bus akan berjalan jika pintu benar-benar tertutup. Suroboyo Bus juga dilengkapi dengan tombol darurat di dekat pengemudi yang bila ditekan alarm akan berbunyi dan pintu bus otomatis akan terbuka.

Interior Suroboyo Bus yang mengutamakan keamanan dan kenyamanan penumpang. (Source: flickr.com @dettapriyandika)

Rute bus yang saya naiki adalah rute selatan-utara pulang pergi, di mana keberangkatan awal dari Terminal Purabaya dengan jam operasional pukul 06.00-22.00 setiap harinya. Sepanjang perjalanan saya sama sekali tidak merasa bosan meskipun laju bus sering terhambat oleh kepadatan jalan raya dan traffic light di persimpangan. Maklum, Suroboyo Bus masih “mengaspal” dan berebut jalan dengan kendaraan lain, bukan melewati jalur khusus seperti Busway di ibukota. Namun ke depannya untuk memperlancar operasional bus ini, di setiap traffic light yang dilewati Suroboyo Bus akan terintegerasi dengan Surabaya Intelligent Transportation System (SITS), yang artinya dari jarak beberapa meter sebelum persimpangan, traffic light otomatis akan menyala hijau dan bus bisa melaju tanpa berhenti terlebih dahulu.

Bagi yang pertama kali naik Suroboyo Bus, tidak perlu khawatir tersesat karena di dalam bus ada pemberitahuan halte mana saja yang akan menjadi tempat pemberhentian bus sesuai rute yang ditampilkan lewat layar LED. Uniknya, pemberitahuan ini juga diumumkan dengan tiga bahasa secara bergantian yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Penumpang juga bisa memanfaatkan aplikasi GoBis lewat smartphone untuk mengetahui posisi bus saat itu.

Rute Suroboyo Bus dari selatan-utara pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)


Rute Suroboyo Bus dari timur-barat pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)

Dengan menempuh perjalanan yang relatif singkat, saya turun di halte Siola. Karena Suroboyo Bus memberlakukan tiket bisa digunakan tidak lebih dari dua jam dari waktu keberangkatan, saya pun ikut memutar rute tanpa harus membayar lagi. Tapi tidak semua penumpang bisa mendapatkan kesempatan ini, melainkan tergantung kondisi jalan raya saat itu sedang padat atau lancar untuk jarak tempuh bus.

Saat pulang, saya memutuskan untuk naik bus double deck secara cuma-cuma alias gratis. Bus tiba setengah jam kemudian. Memang kedatangan bus satu dengan bus lainnya bisa dibilang cukup lama, mengingat jumlah armada yang masih sedikit. Tapi ke depannya pemkot berencana menambah 10 unit bus supaya tidak terjadi penumpukan penumpang dan bisa tepat waktu tiba di tempat tujuan. Tujuan lainnya tentu saja untuk mengurangi mobilitas warga Surabaya agar beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum.

Suasana deck atas bus double deck Mayapada. (Source: Koleksi pribadi)


Rute bus double deck dari Terminal Purabaya-Pirngadi pulang pergi. (Source: Instagram aslisuroboyo)

Kesan saya terhadap Suroboyo Bus masih sama. Saya tetap puas dengan pelayanan dan fasilitasnya. Para crew-nya pun ramah dan informatif. Harapan saya semoga Suroboyo Bus semakin diminati dan banyak orang yang mengubah mindset-nya kalau angkutan umum itu tidak selalu identik dengan panas, rawan kejahatan, tidak aman, dan suka ngetem lama. Suroboyo Bus ini buktinya.

Dadi, ayo numpak Suroboyo Bus, rek!

Senin, 06 Juni 2016

Traveling and Teaching #9 1000 Guru Surabaya


SDN Tukul 3, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 6-7 Mei 2016

Tidak terasa ya Travelling and Teaching 1000 Guru Surabaya sudah memasuki gelombang yang ke-sembilan. TnT kali ini terasa sangat spesial. Kenapa? Karena diadakan serentak di seluruh regional Indonesia untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional. Bagi kami volunteer yang tergabung dalam kegiatan ini juga merasa diistimewakan dan merasa bangga bisa ikut berpartisipasi untuk pendidikan di pedalaman Indonesia.

        Sesuai dengan tagline-nya “travelling and teaching”, komunitas 1000 guru ini mulanya tercetus karena sang founder terinspirasi dengan kegiatan liburan jalan-jalan anak muda dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengeksplor keindahan negeri ini. Tapi bagaimana kalau acara jalan-jalan tersebut ditambah dengan kegiatan mengajar anak-anak sekolah di pedalaman? Bisa dibayangkan, pasti jauh lebih seru dan bermanfaat karena liburan tidak melulu soal menghabiskan uang dan pulang ke rumah hanya mendapatkan kesenangan itu saja. Kalau kita berbagi terhadap sesama, tentu akan lebih baik dan berkesan.

Kami, para volunteer yang tergabung di TnT#9 1000 Guru Surabaya

Technical meeting


     Oke, cerita dimulai dari Surabaya yang merupakan titik awal keberangkatan kami. Sekitar pukul pukul 22.00 WIB, kami menuju Probolinggo. Jarak yang harus kami tempuh cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 5 jam dengan mengendarai truk TNI. Tidak banyak aktivitas yang kami lakukan sepanjang perjalanan kecuali tidur.

Bersiap-siap berangkat.


Singkat kata, kami tiba di sana sekitar pukul 03.00 subuh karena ada acara nyasar sedikit ke daerah Lumajang. Untuk menjangkau rumah-rumah warga, kendaraan harus melewati medan yang cukup berat. Jalanan sempit yang di kanan-kiri ditumbuhi pohon-pohon besar liar dengan tanjakan-turunan curam membuat pak sopir ekstra hati-hati. Apalagi tidak ada penerangan sama sekali kecuali lampu truk yang kami naiki. Bahkan ban belakang truk sempat selip alias tidak bisa menanjak. Kami  pun sempat panik tapi syukurlah, kami selamat meskipun truk tidak bisa melanjutkan perjalanan dan kami harus naik-turun ke rumah warga untuk memindahkan barang-barang yang dibutuhkan selama kegiatan. Bisa dibilang kami semua tengah berolahraga terlalu pagi.

    Di sana, kami semua ditampung di rumah bapak RT setempat. Sebagian dari kami langsung memasak untuk sarapan (kebanyakan volunteer cewek untuk yang sesi pertama), sisanya ada yang istirahat, mempersiapkan keperluan, dan shalat Subuh. Kami semua tidak sempat untuk tidur. Istirahat yang kami maksud tadi yaitu istirahat duduk-duduk di kursi sambil menunggu baterai HP penuh. Ya, soal sinyal tentu saja sangat buruk bahkan nyaris tidak ada. Muncul satu garis pun masih untung-untungan, itupun bagi yang menggunakan provider bagus. Ya sudah, mau tidak mau harus "puasa" chatting dan sosial media. Kami sama sekali tidak mempersoalkan masalah itu. Lebih tepatnya kami harus mengesampingkan kebutuhan tersebut. Toh hanya 2 hari saja apa susahnya? Kami harus mau bersusah dan tahan banting, itu salah satu syarat agar bisa ikut kegiatan ini.

     Setelah sarapan dengan makanan yang sederhana tapi rasanya enak luar biasa (mungkin karena efek makan bersama), kami pun berangkat menuju SDN Tukul 3 yang jaraknya kurang-lebih 3 kilometer dari rumah pak RT. Di sini kami harus dituntut kuat oleh diri sendiri, karena kami menyusuri jalanan setapak yang cukup berat. Di awal-awal, kami begitu bersemangat sambil sesekali bercanda. Tapi di pertengahan jalan, kami mulai naik-turun bukit. Butuh energi ekstra saat menanjak, dan mengurangi kecepatan kaki saat menurun. Satu dari kami bahkan ada yang nyaris pingsan karena saking capeknya. Ada pula yang rasanya udah hopeless saja buat melanjutkan perjalanan. Maklum, beberapa volunteer sebelumnya tidak pernah tracking, termasuk yang nulis ini hehe. Tapi berhubung melihat semangat adik-adik untuk menuntut ilmu dan ingat tujuan kegiatan ini, maka kami terus berjalan sampai akhirnya tiba di sekolah.

    Well, kami cuma sekali loh seperti ini. Tidak bisa membayangkan gimana dengan adik-adik yang setiap hari harus susah-payah demi masa depan mereka kelak. Kami tahu mereka tidak malas untuk tetap bersekolah. Buktinya setiap hari mereka berjuang ke tempat di mana mereka mendapatkan ilmu. Memang sih mereka mungkin sudah bertahun-tahun dan sudah terbiasa, tapi tetap saja itu jauh dan butuh tenaga. Kami membayangkan gimana kalo beberapa di antara mereka adalah anak dari keluarga kurang mampu yang jarang mencicipi sarapan tiap pagi. Belum lagi medan yang harus ditempuh cukup berat.

    Pertama kali melihat Sekolah Dasar Negeri Tukul 3 rasanya miris sekali. Sekolah dengan standar negeri hanya cukup dua bangunan sangat sederhana, yang untuk membedakan satu kelas dengan kelas lain hanya menggunakan papan triplek. Ternyata pendidikan Indonesia memang masih ada yang jauh tertinggal khususnya di pedalaman. Sekolah itu mempunyai jauh dari kata layak dari segi bangunan, fasilitas, tenaga pengajar, dan materi pembelajaran. Sekolah itu tidak memliki ruang kepala sekolah, ruang guru, toilet, UKS, apalagi kantin. Bahkan lambang garuda pun tidak terpajang di dinding kelas. Guru pengajar hanya ada tiga terdiri dari satu lulusan sarjana, satu lulusan SMP yang ikut kejar paket C, dan satu lagi lulusan SMA. Tentu bisa ditebak beliau-beliau menyandang sebagai guru setingkat apa kan?

    Sesuai dengan rencana, kegiatan pertama adalah upacara bendera. SDN Tukul 3 tidak memiliki tiang bendera sebelumnya, yang artinya juga tidak pernah melaksanakan upacara sejak sekolah itu berdiri. Tiang bendera kami  beli dan membawanya dari Surabaya ke sana untuk kejutan. Sesudah mengajarkan latihan untuk adik-adik pengibar bendera, mengajari peserta baris-berbaris dengan rapi, upacara pun dilaksanakan. Mereka tampak canggung dan bingung. Beberapa dari volunteer bahkan mengikuti tiga anak pengibar bendera untuk menginstruksikan haluan.

Lagu Indonesia Raya berkumandang untuk pertama kalinya di halaman sekolah yang kecil itu. Untuk lagu kebangsaan negeri sendiri pun mereka banyak yang tidak hafal sebenarnya. Miris sekali tapi juga kasihan pada mereka. Di mana mereka adalah anak bangsa, generasi muda Indonesia berikutnya tapi tidak mendapatkan “porsi” yang setara dengan lainnya yang lebih beruntung. Para guru tentu sudah mengajarkan hal ini, tapi tetap saja diperlukan penunjang yang lebih memadai. Bukan sekadar teori, tapi juga parktiknya.

Tidak sampai lima menit, pengibaran bendera selesai, selanjutnya adalah pembacan teks pancasila, sambutan dari kepala sekolah dan ketua tim 1000 guru Surabaya. Usai pelaksanaan upacara bendera, kegiatan berikutnya yaitu ice breaking. Istilah lainnya mungkin bisa disebut dengan pemanasan. 

     Selanjutnya adalah acara belajar-mengajar. Para volunteer sudah dibagi untuk mengajar kelas berapa saja. Secara keseluruhan, total murid di SDN Tukul 3 ini berjumlah 48 murid, itu pun ada beberapa yang tidak masuk. Misalnya kelas 3 dan 4, mereka harus digabung menjadi satu dan belajar di ruangan terbuka, sementara lainnya tetap berada di dalam kelas. Saya sendiri kebetulan mengajar kelas 6 dengan salah satu volunteer. Murid kelas 6 hanya ada tujuh siswa dan syukurlah mereka masuk semua waktu itu. Karena waktu mengajar yang terbatas, kami hanya bisa memberikan soal-soal UNAS yang di setiap mata pelajaran hanya diambil satu soal saja.
          
       Istirahat pertama dimulai dan kali ini acaranya adalah kereta sampah yang mengharuskan semua murid berserta para pengajar berbaris memanjang dan berjalan sambil mengumpulkan sampah sebanyak mungkin. Di sini kami mengajarkan gimana pentingnya kebersihan bagi diri sendiri dan lingkungan. Ada juga sesi cara cuci tangan yang benar. Berikutnya ada pembagian susu kemasan untuk adik-adik sambil sedikit mengobrol tentang cita-cita. Tidak lupa ada acara sharing season bersama kepala sekolah dan guru SDN Tukul 3 tentang kekurangan dan keluhan yang selama ini tidak hanya dirasakan sesaat, tapi bertahun-tahun lamanya, dan bagaimana solusi pemecahan masalahnya.
          
    Jam pelajaran kedua pun dimulai. Saatnya untuk pengenalan profesi. Pengenalan profesi di sini maksudnya adalah mengenalkan berbagai macam pekerjaan yang barangkali adik-adik belum tahu betul. Selama ini yang mereka ketahui jika ditanya apa cita-citanya, banyak yang menjawab ingin menajdi dokter, polisi, guru, pilot atau bahkan tentara. Memang di antara semuanya itu adalah pekerjaan yang sangat bagus. Ada kelebihan dan manfaatnya sendiri. Tapi apa mereka tidak ingin jadi penulis yang bukunya jadi best seller terus diangkat ke layar lebar? Apa mereka nggak tertarik jadi pengusaha yang bisa membuka lapangan kerja baru? Apa mereka tidak ingin jadi arsitektur? Dan masih banyak yang lainnya. Kami diharuskan menjelaskan apapun untuk membuka pandangan adik-adik agar lebih luas. Kami juga memotivasi mereka agar tidak menyerah menggapai mimpi-mimpi meski banyak hambatan. Di mana untuk mewujudkan suatu keinginan, pertama kita diharuskan untuk berani bermimpi. Karena mimpi juga termasuk motivasi yang sejalan dengan pemikiran. Selanjutnya untuk melengkapi  adalah dibutuhkan niat dan tekad.
          
     Waktu pun habis karena acara pohon harapan sudah menunggu. Apa sih pohon harapan itu? Jadi begini, adik-adik dari kelas 1-6 diberi kertas berbentuk daun dan di situ mereka disuruh menulis cita-cita mereka. Lalu kami para tim, volunteer, dan murid-murid berkumpul di satu ruangan. Dimulai dari kelas 1 dan berlanjut kelas 2, begitu seterusnya hingga kelas 6. Mereka bergantian menempelkan daun-daun itu pada sebuah gambar batang pohon, menyebutan nama-kelas-harapan lalu kami semua berucap, “Aamiin” untuk mendoakan supaya keinginan mereka tercapai.
          
    Acara belum selesai susudah itu. Yang terakhir para adik-adik disuruh menulis kesan-pesan terhadap kedatangan kami ke sekolah mereka. Dan pasti kami semua sangat terharu membaca tulisan mereka yang sederhana, lugu, tapi bermakna besar bagi kami. Mereka yang berterima kasih atas kerelaan kami mau mengajar sekaligus berbagi, meminta kami kembali suatu saat nanti, minta dipeluk kalau lulus UNAS, meminta kami untuk tetap mengingatjangan mereka, dan kalimat-kalimat lainnya yang tidak kalah menyentuh. Dan kegiatan teaching pun berakhir.
          
      Karena hari sudah siang, kami para tim dan volunteer makan siang terlebih dahulu dengan makanan yang dikirim ke atas oleh warga. Lalu menunaikan shalat Dhuhur, dilanjutkan mengantarkan beberapa murid pulang sekaligus membagikan sembako ke orangtuanya, yang artinya kami harus berjalan sedikit ke atas. Ditambah waktu itu turun hujan meskipun tidak deras. Tapi tidak masalah karena sekalian menikmati pemandangan sekitar yang dimana-mana banyak pohon pinus dan cemara, bukit hijau, suara serangga bersahutan yang tidak pernah ditemui di kota besar. Ada pula yang di antara kami beristirahat karena terlalu capek setelah itu.
          
       Tim volunteer yang berlatar belakang medis seperti yang ikut dalam TnT kali ini ada dokter, bidan, pelayanan kesehatan masyarakat, dan farmasi, bergabung untuk mengadakan pengobatan gratis bagi warga sekitar. Kami mendatangi satu rumah ke rumah yang lain dan para warga begitu antusias untuk memeriksakan kesehatannya secara cuma-cuma. Kami juga senang karena sambutannya mencerminkan respons positif dari mereka.  
          
       Sore hari sebelum turun dan kembali ke rumah penampungan, kami shalat Ashar dan bersih-bersih sekolah yang kotor terkena lumpur. Kami menyapu dan mengepel lantai yang air bersihnya bisa didapatkan dengan berjalan ke atas sekitar 50 meter bolak-balik. Usai melakukan pembersihan sekolah, kami semua bersiap-siap untuk turun. Hujan sudah reda waktu itu. Beberapa murid yang udah berganti seragam bermain di pelataran sekolah. Saya masih ingat betul bagaimana suasana sebelum kami semua meninggalkan area sekolah. Sejuk, tenang, dan damai. Menyatu dengan alam itu memang luar biasa menyenangkan.
          
      Kami pun mulai turun dan mendengar adik-adik yang kebetulan mengetahui kami pulang, saling meneriakkan ucapan perpisahan. Kami membalasnya dengan teriakan juga. Seolah-olah tidak mau kalah, serangga-serangga hutan juga ikut bersuara. Itulah momen yang paling berat karena harus berpisah dengan adik-adik di sana. Bahkan mungkin saja ada yang berkaca-kaca atau meneteskan air mata karena terlalu sedih harus berpisah dengan mereka. Ya, siapa tahu,. Itu manusiawi.
          
      Hari sudah mulai gelap, matahari juga tidak tampak terlihat, tapi kami masih setengah jalan di tengah-tengah hutan dalam perjalanan kembali ke rumah salah satu perangkat desa setempat. Senter-senter dinyalakan dan kami saling menunggu satu sama lain agar tidak terpisah. Apalagi kontur tanah yang sangat becek usai diguyur hujan. Kami pun harus naik-turun bukit lagi. Bedanya, kali ini kok terasa lebih cepat dibandingkan pas berangkat meskipun kadar lelahnya sama. 

     Dan akhirnya kami sampai sekitar setengah tujuh malam. Kami istirahat sebentar, bersih-bersih badan, shalat Magrib, lalu makan malam bersama. Setelah makan malam kami para tim dan volunteer mengadakan evaluasi tentang kegiatan tadi. Pasti di setiap kegiatan ada kelebihan dan kekurangan yang harus dibahas agar ke depannya bisa jauh lebih baik lagi. Kami saling memberi kesan-pesan masing-masing terhadap komunitas 1000 Guru Surabaya yang tentunya kami sangat bangga bisa menjadi bagian dari komunitas ini, salut dengan tujuan utamanya, senang bisa mendapatkan teman baru dari latar belakang, keluarga, dan profesi yang berbeda-beda.
         
      Untuk 1000 Guru Surabaya, dari saya pribadi semoga semakin sukses, para timnya semakin kompak, terus menebar inspirasi bagi anak-anak muda Indonesia agar mau tergerak peduli dan berbagi terhadap sesama. Ada TnT-TnT berikutnya, dan semoga menjadi wadah yang tepat untuk menyalurkan minat pendidikan termasuk kami kakak-kakak volunteer di TnT#9 dan sebelum-sebelumnya.
            
     Singkat saja, untuk traveling-nya keesokan hari, kami mengunjungi air terjun Tundo Pitu yang jaraknya juga cukup jauh dan belum dikenal khalayak umum. Jalanannya juga naik-turun. Di sana pemandangannya luar biasa indah. Dengan pohon pinus dan cemara yang menjulang tinggi. Sungai yang membelah bukit-bukit hijau di sebelah kanan-kirinya. Kabut tipis yang menyelimuti. Udara yang segar dan sejuk. Kami mengadakan sarapan di sana, dengan alas daun pisang sambil menikmati pemandangan menyegarkan mata dan mendengar suara air yang jatuh. Tidak lupa, kami juga foto bersama sebagai kenang-kenangan. Pokoknya momen yang luar biasa dan sulit untuk dilupakan di antara kami para tim dan volunteer. Terbukti, sampai sekarang ada saja yang merasa baper, entah baper dalam hal apa hehe.

     Sorenya setelah balik dari air terjun dan makan siang, kami berpamitan pulang pada Pak RT berserta keluarga yang superbaik dan tidak pernah marah karena mau menampung kami yang suka bikin heboh dan rusuh. Warga di sana perhatian dan peduli banget, tidak seperti di perkotaan, memang. Top deh! Oke, kami pun pulang. Surabaya, we’ll come back!

    Semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi dan menjadi tempat berbagi pengalaman yang kami ikuti selama TnT#9. Maaf kalau ada kekurangan atau hal-hal yang kurang berkenan. Yang menulis cerita ini juga masih belajar untuk lebih baik lagi. Teruslah menebar kebaikan karena kita tidak pernah tahu sesungguhnya kapan kita akan "pulang".

      Salam lima jari dari kami para volunteer TnT#9 Spesial Hardiknas di SDN Tukul 3, Kecamatan Sumber, Kabupaten probolinggo (6-7 Mei 2016)


Teaching to Share, Travelling to Care!